Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali Harus Kerja Keras Pecahkan 30 Permasalahan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan, bersama Bappeda Provinsi Bali, melaksanakan kegiatan Forum Perangkat Daerah urusan perindustrian dan perdagangan, Senin 19 Februari 2024, di Ruang Rapat Jagat Kerthi, Disperindag Provinsi Bali di Denpasar. Kegiatan ini digelar untuk memantapkan keselarasan program dan kegiatan, serta untuk memperoleh masukan dari berbagai stakeholder urusan perindustrian dan perdagangan di Bali.

Kegiatan yang dipimpin langsung Kadis perindag Bali Ir. I Wayan Jarta, MM., ini, digelar satu hari dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan perindustrian dan perdagangan Provinsi Bali. Dalam paparannya, Kadis Perindag mengemukakan, inti pokok pembahasan adalah melaksanakan urusan sektor perindustrian dan sektor perdagangan dengan tujuan terwujudnya perindustrian dan perdagangan Bali yang berdaya saing.

Untuk itu, Kadis Perindag mengajak seluruh pemangku kepentingan urusan perindustrian dan perdagangan Bali, untuk bersama-sama memikirkan bagaimana mewujudkan tiga sasaran strategis. Yaitu meningkatnya peran sektor perdagangan terhadap produk domestic regional bruto (PDRB), meningkatnya peran sektor perindustrian terhadap PDRB, dan meningkatnya daya saing ekonomi lokal Bali.

Ada 14 permasalahan sektor perdagangan yang dihadapi untuk mewujudkan ketiga sasaran itu antara lain, masih banyak pasar yang terkesan kumuh, kurangnya pelayanan kepada pelanggan, masih bervariasinya harga antara pedagang dengan produk yang sama, pajangan barang kurang menarik. Selain itu, pedagang kurang memperhatikan kualitas produk, belum tersedianya penyimpanan untuk barang pokok, masih rendahnya kecintaan masyarakat akan produk produk local, kurangnya promosi dalam maupun luar negeri,  kurangnya kemampuan pelaku usaha menganalisa pasar, kurangnya kemampuan mengakses informasi pasar, dan kurangnya kemampuan eksportir/importer memanfaatkan hasil perundingan perdagangan.

“Sementara permasalahan yang dihadapi sektor perindustrian Bali dirumuskan sebanyak 16 buah, antara lain belum optimalnya pengelolaan hasil industri produk pertanian, belum optimalnya hilirisasi produk industry, kurangnya kesadaran tentang hak kekayaan intelektual, kurangnya inovasi desain produk, dan kurang berminatnya generasi muda untuk menekuni usaha tenun,” ucapnya.

Hadir pada kesempatan ini 40 undangan meliputi staf ahli gubernur bidang perekonomian, Asisten Sekda Provinsi Bali Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Kepala Bappeda Provinsi Bali yang diwakili Ketua Tim Ekonomi Bappeda Ida bagus Putrayasa, SE, pakar ekonomi, para Kepala Bidang, Kepala UPTD, Ketua Tim dan Jabatan Fungsional lingkup Disperindag, utusan perangkat daerah terkait, instansi vertical, dan asosiasi/organisasi profesi bidang perdagangan dan perindustrian.